Selasa, 31 Maret 2015

Kunci Sukses Lee Kuan Yew Membangun Singapura

Tak ada yang menyangsikan kemajuan perekonomian Singapura di bawah kepemimpinan Lee Kuan Yew. Negara berlambangkan Merlion ini menjadi negara pertama di Asia yang dituju oleh para investor dunia sebelum masuk ke negara lain. Hampir seluruh lembaga keuangan dunia mempunyai kantor perwakilan di Singapura. 

Padahal, jika menilik ke belakang, Singapura sebenarnya bukan negara yang harus diperhitungkan. Setelah secara resmi berpisah dengan Federasi Malaysia pada 1965, Singapura tak memiliki apa-apa. Luas wilayah hanya kurang lebih 700 kilometer persegi. Tak memiliki sumber daya alam apapun.

Saat itu, tingkat pengangguran cukup tinggi. Negara tersebut juga rentan sengketa antara suku bangsa -- China, India dan Melayu -- serta antara kelompok konservatif dan komunis. Mereka sibuk memperebutkan kekuasaan politik di tanah tersebut.

Namun kondisi 50 tahun lalu berbeda dengan saat ini. Kini, Singapura menjadi salah satu negara metropolis di Asia. Menjadi pusat perdagangan penting. 

Pada 1990, pendapatan per kapita Singapura mencapai 2.667 dolar Singapura, meningkat dua kali lipat di atas rata-rata negara di kawasan Asia Timur.
Di wilayah tersebut, pendapatan per kapita Singapura hanya tertinggal di belakang Jepang.

Hal tersebut hanya mungkin terjadi di bawah kepemimpinan Perdana Menteri Lee Kuan Yew. Wawasan Lee yang luas digunakan untuk mengenali Singapura dan berbagai potensinya.

Mengutip Channel News Asia, Senin 30 Maret 2014, Lee menanamkan ideologi kesejahteraan saat memimpin. Ia melihat jika warga negara terpenuhi kebutuhan pokoknya, maka mereka akan fokus bekerja.

"Pada saat itu, fokus utama pemerintah adalah bagaimana mencari nafkah untuk menghidupi para warga Singapura. Lalu kami mulai melakukan investasi di berbagai bidang," lanjut Lee.


Satu terobosan yang dibuat Lee adalah memberikan jaminan rumah kepada seluruh warga Singapura. Mereka yang semula tinggal di jalanan menjadi memiliki tempat tinggal meskipun mungil. Selain itu, Lee juga tidak memungut pajak yang besar kepada rakyatnya.

Setelah masalah warga selesai, Lee kemudian mencoba untuk meningkatkan ekspor ke negara-negara maju di Barat dan Jepang. Langkah tersebut dilakukan untuk meningkatkan fundamental perekonomian dan mendorong cadangan devisa. (sumber liputan 6.com)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar